Kadang saya merasa hidup seperti peta yang belum selesai digambar: ada banyak jalan, beberapa bertanda “jalan buntu”, dan beberapa lagi tampak seperti pintu yang jarang dibuka. Dalam beberapa titik, pilihan karier terasa seperti soal memilih jalan yang benar-benar menentukan siapa kita nanti. Ada rasa takut, ada juga rasa penasaran. Di tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman kecil, opini, dan sedikit refleksi soal kepemimpinan yang saya pelajari sambil berjalan—bukan teori kering, tapi cerita sehari-hari yang kadang lucu, kadang menyebalkan.
Membaca Ulang Pilihan: Antara Ambisi dan Kenyamanan
Pernah nggak, kamu bangun pagi, menatap daftar tugas, lalu berpikir, “Apakah ini benar-benar keinginan saya?” Saya sering begitu. Ambisi mendorong saya mencoba hal baru, mengambil risiko, mendaftar kursus tambahan, atau melamar pekerjaan yang terasa sedikit di luar zona nyaman. Tapi kenyamanan juga punya nilai—stabilitas, waktu untuk keluarga, kemampuan membayar tagihan tanpa deg-degan. Menimbang kedua hal itu bukan soal benar-salah; ini soal prioritas hidup yang berubah-ubah. Yah, begitulah kehidupan.
Ngobrol Sambil Ngopi: Keputusan yang Nyaris Norak
Saya masih ingat keputusan yang mungkin tampak “norak” di mata orang lain: meninggalkan pekerjaan yang aman untuk memulai proyek kecil bersama teman. Banyak yang mengangkat alis dan bilang, “Kamu serius?” Itu menakutkan. Tapi di meja kopi itu kita berbicara panjang, membuat rencana sederhana, dan memutuskan untuk mencoba. Ternyata pengalaman itu memberi pelajaran penting: keberanian bukan melulu soal skala besar, tetapi juga soal keberanian memilih hal kecil yang punya arti. Saya tidak menyesal, meski ada malam-malam ketika takut dan ragu datang bergandengan.
Di Meja Kepemimpinan: Bukan Hanya Perintah
Kepemimpinan yang saya pelajari tidak berasal dari buku semata, melainkan dari obrolan, kegagalan proyek, dan momen ketika tim membutuhkan lebih dari sekadar arahan teknis. Seorang pemimpin yang baik mendengarkan, memberi ruang bagi orang lain untuk berkembang, dan berani mengakui kesalahan. Saya belajar bahwa memimpin berarti mengantar orang lain mencapai hasil, bukan menonjolkan siapa yang paling pintar. Ada kalanya saya harus melepaskan ego, meminta maaf, dan memperbaiki arah—itu bagian dari proses menjadi lebih manusiawi.
Mentoring: Memberi Tanpa Menghakimi
Salah satu hal yang membuat saya paling senang adalah saat bisa membimbing orang lain—bukan memaksakan cara saya, tapi membantu mereka menemukan versi terbaik dari diri mereka. Mentoring sering kali tentang mendengar cerita mereka, mengingatkan kesalahan saya sendiri, dan menunjukkan opsi yang mungkin belum mereka lihat. Saya juga percaya bahwa belajar dari yang lebih muda membuka perspektif baru; ide-ide segar sering muncul dari percakapan santai. Di sinilah pentingnya kerendahan hati dalam kepemimpinan.
Opini: Sukses itu Relatif, Jangan Terlalu Cepat Menghakimi
Bagi saya, definisi sukses berubah-ubah. Dulu saya mengukur dengan titel dan gaji. Sekarang saya menilai dari seberapa banyak waktu yang bisa saya habiskan dengan orang yang saya sayang, dari proyek yang memberi dampak kecil tapi nyata, dan dari kemampuan tidur nyenyak tanpa kecemasan terus-menerus. Mungkin terlihat klise, tapi pengalaman mengajarkan bahwa sukses yang dipamerkan di media sosial bukan selalu kebahagiaan sejati. Jadi, kalau kamu memilih jalan yang tampak lambat, bukan berarti kamu salah—mungkin kamu sedang menata hal yang lebih penting.
Penutup: Pilihan itu Terus Berubah
Akhirnya, hidup ini tentang banyak pilihan yang terus berputar. Terkadang saya menoleh ke belakang dan tersenyum pada keputusan yang dulu terasa menakutkan. Terkadang saya juga menyesal—itu manusiawi. Yang penting adalah terus belajar dan tetap terbuka pada perubahan. Jika kamu butuh bacaan inspiratif atau cerita-cerita kecil dari seorang penulis yang suka meraba-raba makna hidup, saya sering mengutip atau menemukan sudut pandang menarik lewat sumber-sumber online juga, misalnya di imradhakrishnan. Semoga catatan sederhana ini memberi sedikit teman saat kamu berdiri di persimpangan pilihan—pilih dengan hati, dan nikmati prosesnya.